Bandingkan wajah Alya Rohali (Miss Indoensia 1996) dan Tukul Arwana (pelawak) pada dua foto berikut ini.
Kayaknya mirip banget, ya? Kalau nggak percaya, nih… periksa foto berikut ini.
Nah, mirip banget, ‘kan? Nggak usah heran deh. Jangankan dengan sesama manusia, lha wong dengan monyet pun manusia itu mirip juga, ‘kan? Jangankan dengan monyet, dengan babi pun manusia itu juga mirip, ‘kan? Kalau gak percaya, lihat ini nih…
Postingan di atas merupakan kelanjutan dari tulisanku terdahulu, “Monyet itu saudaraku; jangan pandang hina!” Isinya antara lain sbb:
Tak jarang aku merasa sedih di tengah-tengah kegembiraan orang-orang. Salah satunya adalah ketika menjumpai gurauan atau pun lawakan yang memandang hina seseorang yang wajahnya dianggap mirip monyet. Mereka tertawa-tawa, tetapi hatiku menangis. Hatiku pun menjerit. Aku marah, tetapi apalah dayaku selain menuangkannya lewat tulisan seperti ini? …
Aku bersaudara dengan debu. Sebab, kami sama-sama berasal dari tanah. Aku tak tahu monyet itu berasal dari apa. Kalau berasal dari tanah juga, maka monyet pun saudaraku juga. (Kalau bukan dari tanah, lalu dari apa?) Bagaimanapun, aku tidak merasa lebih mulia daripada monyet, apalagi hanya karena asal-usulnya. Sebab, hanya iblis dan pengikutnya sajalah yang merasa lebih mulia daripada makhluk lain hanya karena asal-usulnya.
Kalau pun monyet itu bukan berasal dari tanah, aku pun masih menganggap mereka itu saudaraku, saudara sesama makhluk hidup di muka bumi. Namun, bukan sekadar rasa persaudaraan ini yang membuat hatiku terluka manakala orang-orang memandang hina monyet.
Bagiku, memandang hina monyet itu berarti memandang hina penciptanya. Demikian pula orang-orang yang menertawakan orang lain yang wajahnya dianggap mirip monyet. Mereka memandang hina Sang Maha Pencipta. Inilah yang membuat hatiku terluka. Tuhanku dipandang hina, bagaimana tidak sedih?
0 comments:
B) :F :$ :J :( O: :K :D :M :S :) :O :P :@ :L :8
Post a Comment